Comments

3-comments

FOLLOW ME

LATEST

3-latest-65px

About

This just a demo text widget, you can use it to create an about text, for example.

Testimonials

3-tag:Testimonials-250px-testimonial

Ads block

Banner 728x90px

Section Background

Section Background

Your Name


Your Message*

SEARCH

Makalah Pendidikan Matematika Jazirah Arab


Jazirah Arab

Muhammad bin Abdil Wahhab (1703—1791) lahir di ‘Uyainah. ‘Uyainah sendiri adalah salah satu tempat yang berada di wilayah Najd atau Nejed. Wilayah ini termasuk dari lima wilayah yang masuk ke dalam Jazirah Arab atau terkadang disebut juga dengan istilah Semenanjung Arab. Jazirah yang dibicarakan ini terletak di sebelah barat daya Benua Asia dan memiliki luas sebesar 1.745.900 km2, sedangkan Kerajaan Arab Saudi sekarang memiliki luas sekitar 1.014.900 km2.
Empat wilayah Jazirah Arab yang lain adalah Hijaz, Arudh, Tihamah dan Yaman. Selama ini, khalayak umum hanya mengenal wilayah Hijaz dan Yaman. Setiap kali melewati kata Hijaz, akan terbentuk gambaran tentang kota Makkah dan Madinah yang menjadi pusat kerinduan spiritual kaum Muslimin sedunia. Begitu pula Yaman, banyak orang mengenal akrab bagian wilayah ini, sebagaimana mereka mengenal Republik Yaman sekarang.
Dikotomi Kota-Desa Dari segi kehidupan sosial, menurut Philip K. Hitti, masyarakat di Jazirah Arab terdiri dari dua kelompok utama: kelompok masyarakat kota dan kelompok masyarakat desa. Sebagaimana pola kehidupan masyarakat yang ada pada waktu itu, masyarakat Nejed pun tidak terkecualikan.
Kelompok masyarakat kota, sebagaimana biasa, adalah masyarakat yang menetap dan mengembangkan kehidupan di kota-kota besar di Jazirah Arab, seperti kota-kota di Hijaz. Mereka biasanya dinamis, cepat menerima perubahan dan cenderung untuk menjauh dari tradisi.
Sebelum Philip K. Hitti membagi masyarakat Arab menjadi dua kelompok seperti itu, Ibnu Kholdun, dalam buku Muqoddimahnya yang terkenal itu, telah lebih dulu membuat pembagian seperti itu. Memang, tidak mutlak terbagi menjadi dua seperti ini, sebab, seperti yang dikatakan Ibnu Kholdun sendiri, ada satu kelompok masyarakat lagi: masyarakat peralihan—yang dalam istilah Philip K. Hitti disebut dengan masyarakat semi-nomaden dan semi-urban.
Kelompok masyarakat desa yang dimaksud lebih sering dikenal dengan sebutan orang-orang badui. Mereka adalah masyarakat nomaden, satu jenis masyarakat yang sering berpindah-pindah tempat dan tidak memiliki tempat tetap untuk berdiam. Orang-orang badui ini bukan seperti orang-orang gipsi—dan tidak tepat bila dibayangkan kehidupan mereka seperti kehidupan kaum gipsi yang dikenal jamak di benak kita.
Terlepas dari itu semua, ternyata ratusan tahun sebelumnya, Nabi Muhammad telah mengisyaratkan—juga mendefinisikan kepada para sahabatnya—tentang pembagian dua kelompok tersebut. Kisah tentang seorang Arab badui yang buang air kecil sembarangan di masjid Nabi dan cara Nabi Muhammad memperlakukan Arab badui tersebut adalah satu contoh bentuk upaya definitif-sosiologis yang dikenal luas sampai hari ini.
Dalam Al-Qur’an saja, Allah sendiri secara langsung menyinggung tentang kelompok-kelompok masyarakat Arab ini dalam beberapa tempat. Salah satu contoh yang dapat disebutkan di sini adalah ayat ke-97 dan 98 surat At-Taubah, ketika Allah berbicara tentang orang-orang kafir dan munafik dari kalangan Arab badui.
Orang-orang badui adalah orang-orang yang hidup beradaptasi dengan gurun pasir. Mereka bersikeras untuk mendapatkan tempat-tempat yang bisa digunakan oleh ternak-ternak mereka, seperti dataran yang hijau, meski hanya sebentar dan meski pun itu harus dengan cara kekerasan.
Penting sekali untuk menandai frasa “dengan cara kekerasan” dalam kaitan dengan usaha mencari kehidupan yang lebih baik bagi orang-orang badui tersebut. Kebanyakan pembicara dalam masalah politik Nejed melupakan hal ini.
Tradisi Ghozwu Semula, tradisi ghozwu berasal dari tengah kabilah-kabilah suku nomaden (berpindah-pindah). Akan tetapi, tradisi ini ternyata dibawa pula oleh kabilah-kabilah yang sudah menetap.
Adalah ghozwu yang menjadi semacam sport di tengah masyarakat padang pasir pada waktu itu. Ghozwu diartikan sebagai serbuan kilat atau razia. Pada dasarnya, kegiatan ini dibentuk oleh keadaan sosial-ekonomi pada kehidupan masyarakat gurun pasir.
Pada titik tertentu, ghozwu dianggap semacam suatu lembaga sosial di sana, sebagaimana kita yang sudah menerima urun-rembuk dan gotong-royong sebagai suatu lembaga sosial di sini. Bedanya, pada keadaan-keadaan tertentu, ghozwu dipandang tak-ubah organisasi bandit liar. Akan tetapi, tetap saja, ghozwu tidak bisa digolongkan sebagai kejahatan.
Ghozwu diatur ketat oleh suatu aturan tidak tertulis, konvensi, yang dipatuhi bersama oleh kabilah-kabilah setempat. Materi yang ada di dalam ghozwu berupa merampas atau dirampas.
Di antara aturan tersebut, bila sekelompok perampas tertangkap, maka mereka tidak akan dibunuh atau dilukai oleh kelompok yang dirampas. Kelompok perampas pun tidak akan membunuh atau melukai kelompok yang dirampas.
Yang dirampas adalah unta. Tanah, perabotan, hewan-hewan ternak dan nyawa tidak boleh diambil. Bahkan, jauh sebelum Islam datang ke Jazirah Arab, darah yang tertumpah harus dibayar dengan darah juga atau, kalau tidak, dengan pengganti yang setimpal berupa denda (diyat).
Aturan lain, kaum perempuan yang ada di dalam kelompok tidak boleh diganggu. Bahkan, tidak boleh disentuh. Ghozwu adalah kerja kaum laki-laki yang sudah disosialisasikan sejak dini pada anak laki-laki mereka.
Termasuk dari aturan adalah bahwa ghozwu tidak boleh dilakukan pada waktu antara tengah malam dan fajar. Biasanya, ghozwu terjadi pada musim panas, ketika suhu mencapai 40-500C. Pada waktu itu, siang hari terasa hangat dan malam hari terasa sejuk.
Dengan beberapa contoh aturan-aturan seperti ini, dapat dikatakan bahwa ghozwu bukan perang. Mereka sendiri mengistilahkan perang dengan harb. Ketika terjadi perang, segala sesuatu yang dilarang dalam ghozwu dibolehkan.



Apabila ghozwu dilakukan atas dasar penguasaan unta, maka perang dilakukan atas dasar keyakinan, kehormatan, harga diri kabilah dan segala sesuatu yang dipandang prinsipil bagi mereka. Jadi, dapat dipahami, bila sampai terjadi peperangan di tengah mereka, itu semata disebabkan oleh sesuatu yang bukan sepele.
Dari sini, kita tahu: Nejed cuma kaya gurun pasir dan kabilah-kabilah kesukuan. Di sana, ada budaya politik tersendiri.
(Bagi yang ingin mendalami lebih lanjut tentang tema artikel ini dapat merujuk ke Badri Yatim, Sejarah Sosial Keagamaan Tanah Suci: Hijaz (Mekah dan Madinah) 1800—1925, Logos, Jakarta, 1999; Ibnu Kholdun, Muqoddimah, Pustaka Firdaus, Jakarta, 2001; Philip K. Hitti, History of The Arabs: Rujukan Induk dan Paling Otoritatif tentang Sejarah Peradaban Islam, Serambi, Jakarta, 2008; Robert Lacey, Kerajaan Petrodolar, Dunia Pustaka Jaya, Jakarta, 1986)


SEJARAH YAMAN
Yaman ialah salah satu daripada pusat-pusat peradaban yang tertua di dunia. Dari abad ke-9 SM hingga abad ke-6 Masihi, Yaman merupakan sebahagian kemaharajaan-kemaharajaan Minaean, Sabaean, Himyarit, Qataban, Hadhramawt, dan Awsan yang menguasai perdagangan rempah yang menguntungkan. Yaman dikenali oleh orang Rom sebagai "Arabia Felix" ("Arab Gembira") kerana kekayaannya yang dihasilkan oleh perdagangan. Augustus Caesar mencuba mengilhakkan Yaman, tetapi ekspedisinya tergagal. Empayar Parsi lebih berjaya dan Yaman menjadi sebuah satrafi Parsi Sassanid.
Pada lewat abad ke-6 dan ke-7, selepas banyak orang Sabaean meneruskan penghijrahan dari Yaman, akibat pemusnahan Empangan Ma'rib (sadd Ma'rib), Yaman menjadi sebuah kawasan Badwi. Pada masa itu, apabila Kemaharajaan Aksum tidak berhasrat meneruskan kemaharajaan yang kuno mereka, Yaman menjadi sebidang tanah tandus, akibat perdagangan rempah dengan orang-orang Rom dan raja-raja Sassanid Parsi yang lebih menguntungkan. Yaman berturut-turut dikuasai oleh empayar Habsyah dan Sassanid Parsi. Pada abad ke-7, khalifah Islam mula menguasai kawasan ini. Selepas kekhalifahan itu dihancurkan, bekas Yaman Utara dikuasai oleh Imam-Imam daripada berbagai-bagai wangsa, biasanya dari mazhab Zaidi, yang mengasaskan struktur politik teokratik yang kekal sehingga zaman moden. ('Imam' dalam konteks ini ialah sebuah istilah agama yang digunakan oleh Syiah untuk merujuk kepada keturunan-keturunan sezuriat Ali, menantu Nabi Muhammad, yang dianggap ditakdirkan sebagai pewaris-pewaris tidak terkelas Nabi Muhammad.)
Khalifah-khalifah Sunah Waljamaah Mesir menduduki kebanyakan Yaman Utara pada sepanjang abad ke-11. Menjelang abad ke-16 dan sekali lagi pada abad ke-19, Yaman Utara menjadi sebahagian Empayar Turki Uthmaniyyah dan pada sesetengah tempoh, Imam-Imannya juga menguasai Yaman Selatan.

Yaman Utara mencapai kemerdekaan daripada Empayar Turki Uthmaniyyah pada tahun 1918 dan menjadi sebuah republik pada tahun 1962. Pada tahun 1939, pihak British menduduki pelabuhan Aden dan menjadikannya sebagai sebuah tanah jajahan pada bulan September. Mereka juga mencipta sebuah zon perikatan-perikatan yang tidak dikawal rapi (dikenali sebagai negeri-negeri naungan) di sekitar Aden untuk bertindak sebagai penampan perlindungan. Pada tahun 1967, pihak British berundur selepas tekanan yang semakin meningkat daripada pemberontakan tempatan dan serangan-serangan yang disokong oleh Mesir dari utara. Selepas pengunduran British, kawasan ini dikenali sebagai Yaman Selatan. Pada tahun 1970, kerajaan selatan mengamalkan sistem kerajaan komunis. Kedua-dua negara disatukan secara rasmi sebagai Republik Yaman pada 22 Mei 1990.
ADEN, YAMAN
 – Yaman, yang tengah bergulat dengan konflik kekerasan dan kemiskinan yang parah, bukanlah ide bagi setiap orang untuk peluang investasi yang memikat.
Namun pengusaha India, Ravinder Singh, berbicara dengan positif mengenai keuntungan melakukan bisnis di sebuah negara yang tidak banyak menarik perhatian.
"Saya kagum dengan kualitas tenaga kerja Yaman," ujar Singh, yang membangun sebuah pabrik baja di pelabuhan utara Aden pada tahun 2005. "Saya telah bekerja di beberapa tempat di India selama lebih dari 30 tahun, tapi saya belum pernah melihat tenaga kerja dengan komitmen seperti orang-orang Yaman."
Ini mungkin terlihat seperti penghargaan yang tidak biasa di sebuah negara yang oleh PBB diperkirakan hanya 54% kaum dewasanya yang melek huruf dan hanya 55% anak-anak yang sekolah. Kebanyakan pria Yaman menghabiskan separuh harinya mengunyah qat, narkoba sejenis amphetamine ringan.
Namun Singh, yang produksi baja pabriknya tiap tahun sebesar 100.000 ton metrik menutupi seperenam permintaan Yaman, menggambarkan para pekerjanya sebagai orang-orang yang cerdas, dengan pikiran murni yang mudah dilatih.
Ia berpikir Yaman telah siap untuk pertumbuhan industri, sebuah sudut pandang yang bertentangan dengan kemuraman ekonomi meluas yang berpusat pada berkurangnya produksi minyak dan suplai air di negara tersebut.
Singh, yang bekerja untuk Perusahaan Besi dan Baja Yaman-Saudi, sedang mengawasi perluasan pabrik Aden untuk meningkatkan kapasitas menjadi 1.5 juta ton metrik tiap tahun dalam waktu satu dekade.
Perusahaan itu sedang membangun 150 gudang pabrik dan unit perumahan  untuk  investor yang, Singh yakini, akan berbondong-bondng ke pabrik yang kini mempekerjakan 400 orang Yaman, jumlah yang ia rencanakan akan bertambah.
Pabrik itu terletak di dekat jalan menuju provinsi Lahej, lokasi bagi banyak protes separatis melawan pemerintahan Presiden Ali Abdullah Saleh di utara, namun ini tidak mengganggu Singh.
Ia juga tidak khawatir tentang pengaruh Al Qaeda bagi kaum muda Yaman. "Saya telah bertemu ratusan dari mereka. Mereka ingin bekerja, mereka ingin berpartisipasi," ujarnya.
Negara di sebelah selatan semenanjung Arab ini dapat menghasilkan sebuah kisah ekonomi yang sukses, dan lebih banyak lapangan kerja bagi generasi mudanya yang berjumlah 23 juta. Saat ini 45% penduduk Yaman hidup dengan kurang dari dua dolar per hari.
Beberapa investor terhalang oleh kelemahan otoritas pemerintah di banyak wilayah. Para diplomat mengatakan sejumlah hambatan lain bagi investasi adalah korupsi dan kronisme yang merajalela, dengan posisi-posisi tinggi dalam pekerjaan yang seringkali diberikan atas dasar loyalitas bukan kompetensi.
Terlepas dari sedikitnya sumber daya Yaman, tersedia dana untuk infrastruktur dan proyek lainnya. Donatur menjanjikan 4.7 miliar dolar AS di tahun 2006, namun sebagian besar uang itu belum digunakan.
"Banyak proyek yang tertunda karena kau hanya menemukan sedikit sumber daya atau orang yang berkompeten dalam kementerian," ujar seorang diplomat yang bekerja untuk sebuah organisasi internasional di Sanaa. "Seringkali kau harus mempekerjakan staf ekspatriat untuk menjalankan sebuah proyek."
Baik atau buruk, Yaman adalah salah satu dari sedikit negara di dunia tanpa restoran McDonald atau Burger King, namun setidaknya berusaha menarik investor asing ke zona perdagangan bebas Aden, di mana pabrik baja Singh berada.
Selama bertahun-tahun zona itu memberikan keuntungan bebas pajak, tidak ada batasan kepemilikan dan tanah yang murah bagi investor, yang sejauh ini telah melakukan sekitar 800 juta dolar, menurut manajernya Abdul Galil Al Shaibi.
"Kami telah bergerak dengan cepat namun dalam pandangan saya masih kurang cepat," ujar Shaibi, menambahkan bahwa zona itu diharapkan akan melipatgandakan investasi dalam waktu lima tahun dengan bantuan orang-orang Yaman yang tinggal di luar negeri.
"Kami memiliki tenaga kerja yang murah. Prosesnya adalah untuk menarik orang-orang Yaman di dalam negara mereka, untuk mengembangkannya sehingga yang lain akan datang," ujarnya.
Aden, salah satu pelabuhan terbesar di dunia, adalah rumah bagi banyak industri minyak dan gas Yaman, namun blok-blok perumahan yang menjemukan dan jalan-jalan yang berlubang di kota itu menjadi saksi atas pengabaian selama bertahun-tahun.
Bangunan otoritas pelabuhan, dengan papan tanda dalam bahasa Inggris dan tangga dari kayu, telah sedikit berubah sejak kekuasaan Inggris, yang berakhir pada tahun 1967 dan memberi jalan pada sebuah republik yang didukung Soviet.
Banyak dari penduduk di wilayah selatan yang mengatakan bahwa mereka jauh lebih baik sebelum bergabung dengan bekas negara sosialis utara di tahun 1990, hanya untuk melawan dan kalah perang kemudian memisahkan diri empat tahun kemudian. Sejak saat itu, penduduk utara mengambil sebagian besar lapangan kerja dan sumber daya yang ada.
Meski demikian masih ada sedikit tanda-tanda aktivitas ekonomi baru.
Operator pelabuhan Dubai DP World memperluas pelabuhan kontainer, berharap Aden akan menjadi pusat pelayaran kapal regional ke dan dari Terusan Suez, terlepas dari ancaman pembajakan di Teluk Aden. Sampai saat ini pelabuhan itu telah memiliki 7oo staf dan masih mencari tambahan.
"Kami bekerjasama dengan universitas setempat untuk membantu kami mengevaluasi dan menilai para staf," ujar John Fewer, penasihat DP World di Aden.
Yaman juga melakukan pembicaraan dengan investor untuk memodernisasi
kilang minyak Aden yang tidak sehat, meskipun para ahli mengatakan itu akan menjadi pekerjaan berat yang membutuhkan dana miliaran dolar. Kilang minyak tersebut dibangun di era Inggris dan rusak dalam perang sipil tahun 1994.

No comments:

Post a Comment

Archive

Sections

Blog Archive

Latest video-course

1-tag:Videos-800px-video

Campus

4-tag:Campus-500px-mosaic
TUTORIAL BLOG

Buka Semua | Tutup Semua

Header Background

Header Background
Header Background Image. Ideal width 1600px with.

Logo

Logo
Logo Image. Ideal width 300px.

Section Background

Section Background
Background image. Ideal width 1600px with.

Section Background

Section Background
Background image. Ideal width 1600px with.

Courses

6-latest-350px-course

About Me

Followers

Popular

Silahkan anda cari artikel disini

Pages

Hello! We’re Fenix Creative Photo Studio

Silahkan anda cari makalah disini
3-tag:Courses-65px

Popular Posts

Makalah Pendidikan Matematika Jazirah Arab


Jazirah Arab

Muhammad bin Abdil Wahhab (1703—1791) lahir di ‘Uyainah. ‘Uyainah sendiri adalah salah satu tempat yang berada di wilayah Najd atau Nejed. Wilayah ini termasuk dari lima wilayah yang masuk ke dalam Jazirah Arab atau terkadang disebut juga dengan istilah Semenanjung Arab. Jazirah yang dibicarakan ini terletak di sebelah barat daya Benua Asia dan memiliki luas sebesar 1.745.900 km2, sedangkan Kerajaan Arab Saudi sekarang memiliki luas sekitar 1.014.900 km2.
Empat wilayah Jazirah Arab yang lain adalah Hijaz, Arudh, Tihamah dan Yaman. Selama ini, khalayak umum hanya mengenal wilayah Hijaz dan Yaman. Setiap kali melewati kata Hijaz, akan terbentuk gambaran tentang kota Makkah dan Madinah yang menjadi pusat kerinduan spiritual kaum Muslimin sedunia. Begitu pula Yaman, banyak orang mengenal akrab bagian wilayah ini, sebagaimana mereka mengenal Republik Yaman sekarang.
Dikotomi Kota-Desa Dari segi kehidupan sosial, menurut Philip K. Hitti, masyarakat di Jazirah Arab terdiri dari dua kelompok utama: kelompok masyarakat kota dan kelompok masyarakat desa. Sebagaimana pola kehidupan masyarakat yang ada pada waktu itu, masyarakat Nejed pun tidak terkecualikan.
Kelompok masyarakat kota, sebagaimana biasa, adalah masyarakat yang menetap dan mengembangkan kehidupan di kota-kota besar di Jazirah Arab, seperti kota-kota di Hijaz. Mereka biasanya dinamis, cepat menerima perubahan dan cenderung untuk menjauh dari tradisi.
Sebelum Philip K. Hitti membagi masyarakat Arab menjadi dua kelompok seperti itu, Ibnu Kholdun, dalam buku Muqoddimahnya yang terkenal itu, telah lebih dulu membuat pembagian seperti itu. Memang, tidak mutlak terbagi menjadi dua seperti ini, sebab, seperti yang dikatakan Ibnu Kholdun sendiri, ada satu kelompok masyarakat lagi: masyarakat peralihan—yang dalam istilah Philip K. Hitti disebut dengan masyarakat semi-nomaden dan semi-urban.
Kelompok masyarakat desa yang dimaksud lebih sering dikenal dengan sebutan orang-orang badui. Mereka adalah masyarakat nomaden, satu jenis masyarakat yang sering berpindah-pindah tempat dan tidak memiliki tempat tetap untuk berdiam. Orang-orang badui ini bukan seperti orang-orang gipsi—dan tidak tepat bila dibayangkan kehidupan mereka seperti kehidupan kaum gipsi yang dikenal jamak di benak kita.
Terlepas dari itu semua, ternyata ratusan tahun sebelumnya, Nabi Muhammad telah mengisyaratkan—juga mendefinisikan kepada para sahabatnya—tentang pembagian dua kelompok tersebut. Kisah tentang seorang Arab badui yang buang air kecil sembarangan di masjid Nabi dan cara Nabi Muhammad memperlakukan Arab badui tersebut adalah satu contoh bentuk upaya definitif-sosiologis yang dikenal luas sampai hari ini.
Dalam Al-Qur’an saja, Allah sendiri secara langsung menyinggung tentang kelompok-kelompok masyarakat Arab ini dalam beberapa tempat. Salah satu contoh yang dapat disebutkan di sini adalah ayat ke-97 dan 98 surat At-Taubah, ketika Allah berbicara tentang orang-orang kafir dan munafik dari kalangan Arab badui.
Orang-orang badui adalah orang-orang yang hidup beradaptasi dengan gurun pasir. Mereka bersikeras untuk mendapatkan tempat-tempat yang bisa digunakan oleh ternak-ternak mereka, seperti dataran yang hijau, meski hanya sebentar dan meski pun itu harus dengan cara kekerasan.
Penting sekali untuk menandai frasa “dengan cara kekerasan” dalam kaitan dengan usaha mencari kehidupan yang lebih baik bagi orang-orang badui tersebut. Kebanyakan pembicara dalam masalah politik Nejed melupakan hal ini.
Tradisi Ghozwu Semula, tradisi ghozwu berasal dari tengah kabilah-kabilah suku nomaden (berpindah-pindah). Akan tetapi, tradisi ini ternyata dibawa pula oleh kabilah-kabilah yang sudah menetap.
Adalah ghozwu yang menjadi semacam sport di tengah masyarakat padang pasir pada waktu itu. Ghozwu diartikan sebagai serbuan kilat atau razia. Pada dasarnya, kegiatan ini dibentuk oleh keadaan sosial-ekonomi pada kehidupan masyarakat gurun pasir.
Pada titik tertentu, ghozwu dianggap semacam suatu lembaga sosial di sana, sebagaimana kita yang sudah menerima urun-rembuk dan gotong-royong sebagai suatu lembaga sosial di sini. Bedanya, pada keadaan-keadaan tertentu, ghozwu dipandang tak-ubah organisasi bandit liar. Akan tetapi, tetap saja, ghozwu tidak bisa digolongkan sebagai kejahatan.
Ghozwu diatur ketat oleh suatu aturan tidak tertulis, konvensi, yang dipatuhi bersama oleh kabilah-kabilah setempat. Materi yang ada di dalam ghozwu berupa merampas atau dirampas.
Di antara aturan tersebut, bila sekelompok perampas tertangkap, maka mereka tidak akan dibunuh atau dilukai oleh kelompok yang dirampas. Kelompok perampas pun tidak akan membunuh atau melukai kelompok yang dirampas.
Yang dirampas adalah unta. Tanah, perabotan, hewan-hewan ternak dan nyawa tidak boleh diambil. Bahkan, jauh sebelum Islam datang ke Jazirah Arab, darah yang tertumpah harus dibayar dengan darah juga atau, kalau tidak, dengan pengganti yang setimpal berupa denda (diyat).
Aturan lain, kaum perempuan yang ada di dalam kelompok tidak boleh diganggu. Bahkan, tidak boleh disentuh. Ghozwu adalah kerja kaum laki-laki yang sudah disosialisasikan sejak dini pada anak laki-laki mereka.
Termasuk dari aturan adalah bahwa ghozwu tidak boleh dilakukan pada waktu antara tengah malam dan fajar. Biasanya, ghozwu terjadi pada musim panas, ketika suhu mencapai 40-500C. Pada waktu itu, siang hari terasa hangat dan malam hari terasa sejuk.
Dengan beberapa contoh aturan-aturan seperti ini, dapat dikatakan bahwa ghozwu bukan perang. Mereka sendiri mengistilahkan perang dengan harb. Ketika terjadi perang, segala sesuatu yang dilarang dalam ghozwu dibolehkan.



Apabila ghozwu dilakukan atas dasar penguasaan unta, maka perang dilakukan atas dasar keyakinan, kehormatan, harga diri kabilah dan segala sesuatu yang dipandang prinsipil bagi mereka. Jadi, dapat dipahami, bila sampai terjadi peperangan di tengah mereka, itu semata disebabkan oleh sesuatu yang bukan sepele.
Dari sini, kita tahu: Nejed cuma kaya gurun pasir dan kabilah-kabilah kesukuan. Di sana, ada budaya politik tersendiri.
(Bagi yang ingin mendalami lebih lanjut tentang tema artikel ini dapat merujuk ke Badri Yatim, Sejarah Sosial Keagamaan Tanah Suci: Hijaz (Mekah dan Madinah) 1800—1925, Logos, Jakarta, 1999; Ibnu Kholdun, Muqoddimah, Pustaka Firdaus, Jakarta, 2001; Philip K. Hitti, History of The Arabs: Rujukan Induk dan Paling Otoritatif tentang Sejarah Peradaban Islam, Serambi, Jakarta, 2008; Robert Lacey, Kerajaan Petrodolar, Dunia Pustaka Jaya, Jakarta, 1986)


SEJARAH YAMAN
Yaman ialah salah satu daripada pusat-pusat peradaban yang tertua di dunia. Dari abad ke-9 SM hingga abad ke-6 Masihi, Yaman merupakan sebahagian kemaharajaan-kemaharajaan Minaean, Sabaean, Himyarit, Qataban, Hadhramawt, dan Awsan yang menguasai perdagangan rempah yang menguntungkan. Yaman dikenali oleh orang Rom sebagai "Arabia Felix" ("Arab Gembira") kerana kekayaannya yang dihasilkan oleh perdagangan. Augustus Caesar mencuba mengilhakkan Yaman, tetapi ekspedisinya tergagal. Empayar Parsi lebih berjaya dan Yaman menjadi sebuah satrafi Parsi Sassanid.
Pada lewat abad ke-6 dan ke-7, selepas banyak orang Sabaean meneruskan penghijrahan dari Yaman, akibat pemusnahan Empangan Ma'rib (sadd Ma'rib), Yaman menjadi sebuah kawasan Badwi. Pada masa itu, apabila Kemaharajaan Aksum tidak berhasrat meneruskan kemaharajaan yang kuno mereka, Yaman menjadi sebidang tanah tandus, akibat perdagangan rempah dengan orang-orang Rom dan raja-raja Sassanid Parsi yang lebih menguntungkan. Yaman berturut-turut dikuasai oleh empayar Habsyah dan Sassanid Parsi. Pada abad ke-7, khalifah Islam mula menguasai kawasan ini. Selepas kekhalifahan itu dihancurkan, bekas Yaman Utara dikuasai oleh Imam-Imam daripada berbagai-bagai wangsa, biasanya dari mazhab Zaidi, yang mengasaskan struktur politik teokratik yang kekal sehingga zaman moden. ('Imam' dalam konteks ini ialah sebuah istilah agama yang digunakan oleh Syiah untuk merujuk kepada keturunan-keturunan sezuriat Ali, menantu Nabi Muhammad, yang dianggap ditakdirkan sebagai pewaris-pewaris tidak terkelas Nabi Muhammad.)
Khalifah-khalifah Sunah Waljamaah Mesir menduduki kebanyakan Yaman Utara pada sepanjang abad ke-11. Menjelang abad ke-16 dan sekali lagi pada abad ke-19, Yaman Utara menjadi sebahagian Empayar Turki Uthmaniyyah dan pada sesetengah tempoh, Imam-Imannya juga menguasai Yaman Selatan.

Yaman Utara mencapai kemerdekaan daripada Empayar Turki Uthmaniyyah pada tahun 1918 dan menjadi sebuah republik pada tahun 1962. Pada tahun 1939, pihak British menduduki pelabuhan Aden dan menjadikannya sebagai sebuah tanah jajahan pada bulan September. Mereka juga mencipta sebuah zon perikatan-perikatan yang tidak dikawal rapi (dikenali sebagai negeri-negeri naungan) di sekitar Aden untuk bertindak sebagai penampan perlindungan. Pada tahun 1967, pihak British berundur selepas tekanan yang semakin meningkat daripada pemberontakan tempatan dan serangan-serangan yang disokong oleh Mesir dari utara. Selepas pengunduran British, kawasan ini dikenali sebagai Yaman Selatan. Pada tahun 1970, kerajaan selatan mengamalkan sistem kerajaan komunis. Kedua-dua negara disatukan secara rasmi sebagai Republik Yaman pada 22 Mei 1990.
ADEN, YAMAN
 – Yaman, yang tengah bergulat dengan konflik kekerasan dan kemiskinan yang parah, bukanlah ide bagi setiap orang untuk peluang investasi yang memikat.
Namun pengusaha India, Ravinder Singh, berbicara dengan positif mengenai keuntungan melakukan bisnis di sebuah negara yang tidak banyak menarik perhatian.
"Saya kagum dengan kualitas tenaga kerja Yaman," ujar Singh, yang membangun sebuah pabrik baja di pelabuhan utara Aden pada tahun 2005. "Saya telah bekerja di beberapa tempat di India selama lebih dari 30 tahun, tapi saya belum pernah melihat tenaga kerja dengan komitmen seperti orang-orang Yaman."
Ini mungkin terlihat seperti penghargaan yang tidak biasa di sebuah negara yang oleh PBB diperkirakan hanya 54% kaum dewasanya yang melek huruf dan hanya 55% anak-anak yang sekolah. Kebanyakan pria Yaman menghabiskan separuh harinya mengunyah qat, narkoba sejenis amphetamine ringan.
Namun Singh, yang produksi baja pabriknya tiap tahun sebesar 100.000 ton metrik menutupi seperenam permintaan Yaman, menggambarkan para pekerjanya sebagai orang-orang yang cerdas, dengan pikiran murni yang mudah dilatih.
Ia berpikir Yaman telah siap untuk pertumbuhan industri, sebuah sudut pandang yang bertentangan dengan kemuraman ekonomi meluas yang berpusat pada berkurangnya produksi minyak dan suplai air di negara tersebut.
Singh, yang bekerja untuk Perusahaan Besi dan Baja Yaman-Saudi, sedang mengawasi perluasan pabrik Aden untuk meningkatkan kapasitas menjadi 1.5 juta ton metrik tiap tahun dalam waktu satu dekade.
Perusahaan itu sedang membangun 150 gudang pabrik dan unit perumahan  untuk  investor yang, Singh yakini, akan berbondong-bondng ke pabrik yang kini mempekerjakan 400 orang Yaman, jumlah yang ia rencanakan akan bertambah.
Pabrik itu terletak di dekat jalan menuju provinsi Lahej, lokasi bagi banyak protes separatis melawan pemerintahan Presiden Ali Abdullah Saleh di utara, namun ini tidak mengganggu Singh.
Ia juga tidak khawatir tentang pengaruh Al Qaeda bagi kaum muda Yaman. "Saya telah bertemu ratusan dari mereka. Mereka ingin bekerja, mereka ingin berpartisipasi," ujarnya.
Negara di sebelah selatan semenanjung Arab ini dapat menghasilkan sebuah kisah ekonomi yang sukses, dan lebih banyak lapangan kerja bagi generasi mudanya yang berjumlah 23 juta. Saat ini 45% penduduk Yaman hidup dengan kurang dari dua dolar per hari.
Beberapa investor terhalang oleh kelemahan otoritas pemerintah di banyak wilayah. Para diplomat mengatakan sejumlah hambatan lain bagi investasi adalah korupsi dan kronisme yang merajalela, dengan posisi-posisi tinggi dalam pekerjaan yang seringkali diberikan atas dasar loyalitas bukan kompetensi.
Terlepas dari sedikitnya sumber daya Yaman, tersedia dana untuk infrastruktur dan proyek lainnya. Donatur menjanjikan 4.7 miliar dolar AS di tahun 2006, namun sebagian besar uang itu belum digunakan.
"Banyak proyek yang tertunda karena kau hanya menemukan sedikit sumber daya atau orang yang berkompeten dalam kementerian," ujar seorang diplomat yang bekerja untuk sebuah organisasi internasional di Sanaa. "Seringkali kau harus mempekerjakan staf ekspatriat untuk menjalankan sebuah proyek."
Baik atau buruk, Yaman adalah salah satu dari sedikit negara di dunia tanpa restoran McDonald atau Burger King, namun setidaknya berusaha menarik investor asing ke zona perdagangan bebas Aden, di mana pabrik baja Singh berada.
Selama bertahun-tahun zona itu memberikan keuntungan bebas pajak, tidak ada batasan kepemilikan dan tanah yang murah bagi investor, yang sejauh ini telah melakukan sekitar 800 juta dolar, menurut manajernya Abdul Galil Al Shaibi.
"Kami telah bergerak dengan cepat namun dalam pandangan saya masih kurang cepat," ujar Shaibi, menambahkan bahwa zona itu diharapkan akan melipatgandakan investasi dalam waktu lima tahun dengan bantuan orang-orang Yaman yang tinggal di luar negeri.
"Kami memiliki tenaga kerja yang murah. Prosesnya adalah untuk menarik orang-orang Yaman di dalam negara mereka, untuk mengembangkannya sehingga yang lain akan datang," ujarnya.
Aden, salah satu pelabuhan terbesar di dunia, adalah rumah bagi banyak industri minyak dan gas Yaman, namun blok-blok perumahan yang menjemukan dan jalan-jalan yang berlubang di kota itu menjadi saksi atas pengabaian selama bertahun-tahun.
Bangunan otoritas pelabuhan, dengan papan tanda dalam bahasa Inggris dan tangga dari kayu, telah sedikit berubah sejak kekuasaan Inggris, yang berakhir pada tahun 1967 dan memberi jalan pada sebuah republik yang didukung Soviet.
Banyak dari penduduk di wilayah selatan yang mengatakan bahwa mereka jauh lebih baik sebelum bergabung dengan bekas negara sosialis utara di tahun 1990, hanya untuk melawan dan kalah perang kemudian memisahkan diri empat tahun kemudian. Sejak saat itu, penduduk utara mengambil sebagian besar lapangan kerja dan sumber daya yang ada.
Meski demikian masih ada sedikit tanda-tanda aktivitas ekonomi baru.
Operator pelabuhan Dubai DP World memperluas pelabuhan kontainer, berharap Aden akan menjadi pusat pelayaran kapal regional ke dan dari Terusan Suez, terlepas dari ancaman pembajakan di Teluk Aden. Sampai saat ini pelabuhan itu telah memiliki 7oo staf dan masih mencari tambahan.
"Kami bekerjasama dengan universitas setempat untuk membantu kami mengevaluasi dan menilai para staf," ujar John Fewer, penasihat DP World di Aden.
Yaman juga melakukan pembicaraan dengan investor untuk memodernisasi
kilang minyak Aden yang tidak sehat, meskipun para ahli mengatakan itu akan menjadi pekerjaan berat yang membutuhkan dana miliaran dolar. Kilang minyak tersebut dibangun di era Inggris dan rusak dalam perang sipil tahun 1994.

Share

Post a Comment